Rahasia
Keluarga Tentram & Harmonis
Pembagian
peran seseorang dalam interaksi sosial suatu keniscayaan. Begitupun dalam
mengarungi bahtera kehidupan rumah tangga antara suami dan istri secara kodrati
pasangan itu dicipta, bahwa suami sebagai nahkoda untuk memimpin sedangkan
istri disisi yang lain berperan sebagai pengatur untuk mengelola kehidupan
rumah tangga.
Pembagian
peran seseorang dalam interaksi sosial suatu keniscayaan. Begitupun dalam
mengarungi bahtera kehidupan rumah tangga antara suami dan istri secara kodrati
pasangan itu dicipta, bahwa suami sebagai nahkoda untuk memimpin sedangkan
istri disisi yang lain berperan sebagai pengatur untuk mengelola kehidupan
rumah tangga.
Interaksi
yang terjadi pada pasangan suami dan istri (pasutri) tiada pembedaan kasta atau
status kelasnya, dimana istri dijadikan abdi dalem (jawa=orang belakang) yang
kegiatannya seputar kasur dan dapur dengan perannya sebagai batur (jawa=
pembantu) pepatah menyatakan’surga nunut neraka katut’ yang berarti kalau bisa
masuk surga karena menyertai suami sebaiknya masuk nerakapun diikutinya alias
pupuk bawang (ikut-ikutan) dan suami menempati posisi di atas (terhormat)
layaknya majikan semua minta dilayani.
Islam
memandang peran pasutri sebagai sahabat. Awal perserikatan mereka pada pernikahan
untuk kebaikan. Karena istri memiliki potensi bisa menentramkan serta
memberikan kesenangan pada suami (Qs. 30: 21 dan Qs. 7: 189) maka Islam memberi
jalan pada suami agar memperlakukan istri dengan baik dalam hal pemberiannya
atas makanan dan pakaian serta tempat tinggal secara layak, perhatikan (Qs.
4:19; 2:233; 65:6).
Keserasian
pasangan pun dalam keluarga tidak ditentukan dari kekayaan, fisik-ly seseorang
ataupun martabat dari keluarganya, namun dikarenakan kepribadiannya. Komponen
pembentuk kepribadian seseorang dapat dilihat melalui matras personality-nya
dimana komponen tersebut bersifat genetic yang non heriditas. Maksudnya bukan
karena diwariskan dari orang tuanya, melainkan berasal dari apa-apa yang
dianugrahkan tuhan pada masing-masing orang secara spesial. Yakni diketahui
pada lapisan otak sebelah dalam atau luar yang berwarna putih atau kelabu dan
pada belahan otak sebelah mana dari system operasi seseorang dalam berfikir dan
bersikap secara dominan dari yang paling kerap dipergunakan.
Prosesi
keserasian yang ditampakkan kedua pasangan tersebut tidak semata hanya terpola
pada komunikasi saja seperti pada pilihan vocabulary, intonasi penyampaian atau
bahkan daya energy yang menyertai ucapan seseorang, melainkan kata Farid
Poniman penemu mesin kecerdasan STIFIn: ‘juga tergantung dengan hubungan
kemistrinya’. Dalam teori kecerdasan tunggal, Carl Gustaav Jung dengan jelas
menyatakan bahwa satu orang hanya memiliki satu kemistri bawaan yang sejalan
dengan jenis kecedasan tunggalnya. Kemistri (eng=cham), dalam istilah serapan
dari buku DNA SUKSES-MULIA merupakan garis tangan dari mesin kecerdasan
seseorang bila dimasukkan unsur alam semesta dari ilmu daratan china (teori
U-sing) seperti tabel berikut.
Output persahabatan pasutri pada tabel
hubungan kemistri akan melahirkan kesinergisan dalam membina keluarga hingga
terpeliharanya keharmonisan hubungan mereka serta berkasih sayang (mawaddah wa
rohmah). Disaat mengarungi bahtera kehidupan rumah tangga tentu tidak semudah
yang dibayangkan namun kepastian untuk memperoleh kemistri dari persahabatan
tersebut sebagaimana yang telah dijanjikan Tuhan untuk mendapatkan
keberlimpahan (arab=aghniya). Cobaan itu terkadang riak kecil ataupun
besar yang kedatangnya pun pasti pula bergelombang serta pasang surutnya
keyakinan untuk sampai pada suatu tujuan mulia yakni mengapai keridlo’an Sang
pemberi kehidupan, membutuhkan perjuangan serta kesabaran. Mungkin badai datang
dan berlalu, akan tetapi kesadaran kalian terhadap cobaan yang datang pasti
menuntut suatu pengorbanan berupa kesetiaan dalam menjalankan perintah dan
larangan larangan Tuhan dalam penyempurnaannya terlaksananya kewajiban.
Pengorbanan
dapat berupa harta, tenaga/pikiran (jiwa). Inilah tabiat perjuangan dimanapun
dan kapanpun, maka bukanlah hal yang istimewa apabila sewaktu-waktu pasangan
Anda menginginkan mendapat pelayanan yang lebih dari cukup. Permakluman
terhadap keterbatasan kemampuan dan kesempatan disuatu saat diperlukan, namun
tidak menyebabkan kecerobohan hingga mengabaikan hak pasangannya apalagi sampai
mencampakkan aturan Tuhan. Memang manusia tidaklah ma’shum (terbebas
dari kesalahan), kesadaran pasangan untuk tidak berharap di luar kemampuan yang
dimiliki, memahami perihal kelebihan dan kekurangan sahabatnya, sekalipun dia
berpotensi dasar kemanusian yang sama yaitu pada akal manusia Tuhan memberinya
pilihan jalan agar mereka dapat memilih sesuai perintah dan larangan-Nya atau
berbuat kerusakkan (fasad).
Kreativitas
pasutri dalam memecahkan hambatan kelemahan secara bersama merupakan bagian
penting dalam persahabatan. Hal demikian akan berujung pada sinergi yang
sanggup mengatasi kendala menjadi potensi sekaligus meramu potensi bersama yang
membuahkan produktivitas melebihi kemampuannya sebelum menikah. Namun kejadian
yang sering terjadi sebaliknya, lantaran pasangan Anda seolah menjadi pembeban
bukan peringan beban yang dipikul dengan dalih pengkotak-kotakan kerja (peran)
dalam interaksi kemistri menjadi dasar egoism untuk tidak mau tahu terhadap
keberhasilan ataupun kegagalan pasangannya dalam menyempurnakan setiap
kewajiban. Pemeliharaan anak misalnya, sekalipun merupakan tanggung jawab istri
namun tidak berarti ayah haram membantu istrinya mengerjakan teknis mengasuh
dan mendidik mereka.
Terakhir,
penulis mengajak diri pribadi dan pemerhati keluarga agar tidak menjadikan
rumah hanya sebatas tempat istirahat dan tidur, bernaung dari panas dan hujan,
namun ia adalah wadah pencetakan dan pengemblengan generasi handal. Untuk itu
suasakan rumah dengan kerinduan mengoptimalkan potensi diri yang sudah
diketahui dengan terbukanya pintu depan karpet merah, meramu kelebihan dan
mengeliminasi kendala demi kesempurnaan perjuangan yang wajib, yakni pada
proses.